HARI KEANEKARAGAMAN HAYATI 2019 GUNUNG LUMUT SEBAGAI SUMBER PANGAN DAN KESEHATAN


HARI KEANEKARAGAMAN HAYATI 2019
GUNUNG LUMUT SEBAGAI SUMBER PANGAN DAN KESEHATAN
Pada hari keanekaragaman hayati 2019 dimana temanya “Keanekaragaman Hayati : Sumber Pangan dan Kesehatan Kita” saya tertarik mengupas tentang biodiversity gunung lumut dimana masyarakat mempunyai tergantungan terhadap keanekaragaman hayati disana baik sebangai pangan maupun kesehatan.
Gunung Lumut terletak di Kabupaten Barito Utara dikenal sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah, di kawasan hutan lindung tersebut terdapat barisan pegunungan yang alami di antaranya Gunung Tangur dengan bukit batu kapur sebagai tempat berkembangnya 83 sarang lebah madu, juga Bukit Sowai, yang memiliki keindahan Sungai Semeluang dan danau atau lubuk di atasnya, yaitu Lubuk Lemuong Pantak. yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang cukup melimpah, salah satu sumber daya alam yang dimiliki adalah keanekaragaman hayati (biodiversity), baik dari jenis flora maupun faunanya. Keanekaragaman hayati tersebut mempuyai berbagai fungsi/peran penting bagi manusia, antara lain sebagai sumber pangan dan kesehatan.
Sesuai dengan namanya, Gunung Lumut merupakan surga lumut dunia. Hampir semua kawasan, baik pepohonan maupun daratan, tertutup dengan berbagai jenis lumut. Gunung ini memiliki tujuh puncak dan menjadi ekologi yang penting di Kalimantan Tengah, dengan puncak tertinggi 1.269 Mdpl.
1.      Gunung Lumut Sebagai Sumber Pangan
Ketersediaan air akan sangat menentukan ketahanan pangan bagi warga sekitar dan Kalimantan Tengah lebih luasnya, gunung lumut dikenal  sebagai penyangga sistem hidrologi bagi 27 desa di bagian hilir di tepian Daerah Aliran Sungai (DAS) Teweh, 16 desa di tepian DAS Montallat, dan puluhan desa di tepian DAS Ayoh Kabupaten Barito Selatan.
Terdapat lebih dari 44 jenis ikan di daerah aliran sungai gunung lumut antara lain ikan seluang (Rasbora-borapatensis) sapan (tor tambroides), lomi (tordouronensis), salap (barbode scollingwoodii), dan tapah (wallago leeri). Dan masih banyak lagi jenis ikan kosumsi yang dimanfaatkan warga sebagai lauk untuk pangan.
Selain ikan Hutan ini juga menjadi rumah bagi 15 mamalia, seperti babi jenggot (sus barbatus), owa (hylobates mulleri), dan macan dahan (neofelis nebulosa). Dan terdapat 75 spesies burung, antara lain rangkong badak (buceros rhinoceros), sikatan Kalimantan (cyiomis superbus), dan puyung gonggong (aborophila hyperytha).
Masyarakat sekitar mengkonsumsi hewan yang tidak dilindungi sebagai sumber pangan mereka terutama untuk hewan sungai, seperti jenis ikan-ikan dibeberapa sungai juga terdapat budidaya ikan berupa ikan nila, patin, dan ikan mas untuk jenis ikan budidaya lebih banyak dijumpai jenis ikan nila, selain kemudahan untuk dijual kekota relative ikan nila lebih banyak minat dengan masa panen lebih cepat dari ikan lain. Masyarakat yang membubidayakan ikan nila biasanya berada pada sungai yang besar dimana budidayanya berupa keramba-keramba apung di atas sungai.
Selain itu sungai pada daerah aliran sungai (DAS) sekitar gunung lumut dimanfaatkan warga untuk mengairi lading, mereka menanam dengan cara tugal Budaya menugal adalah suatu tradisi orang dayak untuk melakukan penanaman padi pada musim kemarau yang dilakukan dengan cara membakar lahan terlebih dahulu lalu dibersihkan dari tumpukan kayu sisa pembakaran dengan cara bergotong royong.  Setelah pembakaran dilakukan biasanya masyarakat menunggu 14-20 hari agar arang atau abu sisa bakaran dapat menjadi kompos alami yang sangat membantu pertumbuhan tanaman.
Persiapan lahan untuk ditanami sangat bervariasi tergantung kepada vegetasi yang tumbuh, curah huja, kecepatan tumbuh tanaman, ketersediaan peralatan dan latar bekang budaya setempat. Pada umumnya pengolahan lahan pada ladang perpindah berupa: tebang, bakar, tugal, dan tanam (3-T). Pertama lahan berupa hutang ditebang dan setelah daun dan rating kering dibakar. Kemudian sisa bakaran dibersihkan, tanpa membuang batang kayu yang besar. Setelah tanah dingin, maka dilubangi dengan tugal (sepotong kayu yang ujungnya diruncingkan) lalu ditanami dengan bibit yang diinginkan. Alat tugalan dibuat dengan bagus dan halus dari jenis kayu tertentu yang keras, seperti ulin atau kayu kermunyikng. Panjangnya sekitar 150 cm. Ujung tugal yang digunakan untuk melubangi tanah diruncingkan. Bagian yang runcing ini berdiameter sekitar 3 cm sampai 4 cm dan bentukannya semakin mengecil ke bagian ujung lainnya. Ujung tugal yang satu adalah tempat pegangan si penugal dan bergaris tengah sekitar 2,5 cm sampai 3 cm. 
Lubang tugalan dibuat besar pada permukaannya dan semakin mengecil di bagian dalam tanah sesuai dengan ujung tugal. Setelah dimasuki benih, lubang tugalan tidak ditutup kembali. Tidak sedikit pula jumlah benih yang tidak masukke dalam lubang, tetapi tercecer di permukan tanah. Perempuan yang bertugas memasukkan benih masing-masing membawa tempat benih yang disebut barakng penyiq, yaitu keranjang rotan khusus yang dianyam dengan halus. Alat ini digunakan hanya pada waktu menugal padi. Isi keranjang ini sekitar satu kilogram benih padi. 
Keranjang benih ini dihubungkan dengan tali, ujung yang satu dihubungkan secara permanen dengan keranjang, sedangkan ujung yang lain dikaitkan dengan kaitan yang dipasang di keranjang tersebut. Setelah tali pengikat dililitkan pada pinggang perempuan, posisi keranjang terletak di samping kiri pinggang. Dengan begini, telapak tangan kiri perempuan dengan mudah meraup benih di dalam keranjang, lalu dibagikan ketangan kanan dan selanjutnya dimasukkan ke dalam lubang tugalan. Jarak antara telapak tangan sebagai penabur benih dam permukaan lubang tugalan sekitar 50 cm. Oleh karena itu, posisi penabur benih biasanya sedikit membungkuk dengan kemiringan badan sekitar 45 derajat, agar benih padi dapat persis masuk ke dalam lubang-lubang tugalan.
Penabur benih yang tidak berposis badan demikian dianggap tidak santun terhadap padi. Keadaan lubang benih tergantung pada faktor jenis permukaan lantai tanah ladang dan tugal itu sendiri. Pada permukaan tanah yang bersih dari akar-akar pepohonan yang disebut asup, lubang benih akan terlihat lebih jelas sehingga lebih mudah menebarkan benih ke dalamnya, sebaliknya, pada permukaan tanah yang ber-asup, lubang benih umurnya tidak tampak jelas, karena cepat tertutup kembali oleh asup. Akhirnya agak sulit memasukan benih padi. Permukaan tanah yang ber-asup ini di daerah dataran tinggi tunjung umurnya terdapat di ladang hutan sekunder. Jarak antara lubang yang satu dengan yang lain sekitar 25-30 cm. Jumlah biji benih padi yang dimasukkan ke dalam lubang tidak pernah dihitung,tetapi mungkin sekitar 10-20 bulir padi. Perlu diketahui juga bahwa hampir selalu terdapat butir-butir benih padi yang tercecer di permukaan lubang benih. Jadi, tidak semua benih bisa masuk ke dalam lubang benih yang tersedia, karena faktor jenis permukaan lantai tanah, tipe lubang, alat tugal, dan keterampilan penabur benih itu sndiri. Oleh karena itu, pekerjaan ini sering juga memperlihatkan keterampilan dalam penanaman padi
2.      Gunung Lumut Sebagai Sumber Kesehatan
Gunung lumut merupakan biosfer di daerah Barito Utara dimana sejumlah tanaman yang tumbuh di hutan sekitar gunung lumut dan berpotensi sebagai bahan obat. Sebagian masyarakat sekitar gunung lumut memang hidup terpencil, jauh dari jangkauan pengobatan modern, dalam usaha menjaga dan mempertahankan kesehatan, penduduk menggunakan obat tradisional yang diramu dari bahan alam dari tanaman tersebut. Obat-obatan tradisional tersebut digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dari sekian tanaman yang sering digunakan warga tersebut, memang sudah ada beberapa yang diteliti dan terbukti memang menyembuhkan karena mengandung senyawa yang bisa menjadi obat. Salah satunya adalah tanaman seluang belum, kamunah, kalopahit, ampelas bajang, cawat hanoman, mali-mali, gerih dan tanaman kalanduyung. Saluang belum misalnya, berdasarkan uji fitokimia terbukti positif untuk steroid dan flavonoid. Penelitian ini masih terus dilanjutkan untuk membuat formula yang tepat dan kemungkinan ditambahkan tumbuhan yang lain, yang dapat mendukung khasiatnya.
Selain akar Pasak Bumi yang mempunyai khasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengobati sakit pinggang serta badan lesu, satu lagi ramuan tradisional Kalimantan yang terkenal dan bahkan telah dipasarkan di beberapa wilayah Kalimantan, khususnya Martapura Kalimantan Selatan. Obat tradisional itu bernama Saluang Belum. Saluang Belum mempunyai khasiat untuk meningkatkan gairah dan kekuatan laki-laki. Akar Saluang Belum ini pun cukup terkenal dan bahkan juga merupakan hasil alam kedua yang laris dan terkenal di pasaran setelah Pasak Bumi.

Komentar

Postingan Populer